APA ITU ASKESTISME KRISTEN PURBA/KRISTEN ORTHODOX?
Asketisme adalah bagian penting dari Spiritualitas Orthodox. Ini bukan kegiatan negatif tetapi kegiatan paling positif. Itu adalah cara utama kita mendekati Allah. Ini melibatkan kegiatan yang membantu kita menyempurnakan cara hidup kita agar lebih lagi serupa Kristus
Romo Staneloe berkata,
“Ini adalah bagian dari spiritualitas yang berhubungan dengan aturan dan upaya yang membawa manusia ke langkah pertama pendakian menuju kesempurnaan, kontemplasi dan persatuan dengan Allah.”
Sementara keselamatan kita bergantung pada Rahmat Allah, asketisme adalah “bagian aktif dari kehidupan spiritual/rohaniah.” Ini adalah usaha yang harus kita lakukan dalam kerjasama/sinergia dengan Rahmat Allah. Itu bukanlah suatu pilihan tetapi bagian sentral dari menanggapi kasih karunia-Nya sehingga kita dapat disempurnakan oleh itu. Tuhan selalu memimpin tetapi kita juga harus mengikuti.
Santo Paulus menggunakan metafora kompetisi pertandingan olahraga untuk menggambarkan asketisme. Demikian juga seorang olahragawan yang bertanding, ia tidak akan memperoleh mahkota kemenangan kecuali ia bertanding menurut peraturan yang berlaku.(2 Tim 2:5). Tidak tahukah kamu, bahwa dalam gelanggang pertandingan semua peserta turut berlari, tetapi bahwa hanya satu orang saja yang mendapat hadiah? Karena itu larilah begitu rupa, sehingga kamu memperolehnya! Tiap-tiap orang yang turut mengambil bagian dalam pertandingan, menguasai dirinya dalam segala hal. Mereka berbuat demikian untuk memperoleh suatu mahkota yang fana, tetapi kita untuk memperoleh suatu mahkota yang abadi. Sebab itu aku tidak berlari tanpa tujuan dan aku bukan petinju yang sembarangan saja memukul. Tetapi aku melatih tubuhku dan menguasainya seluruhnya, supaya sesudah memberitakan Injil kepada orang lain, jangan aku sendiri ditolak.(2 Korintus 9:24–27)
Upaya askestisme seperti doa, puasa, dan pertobatan adalah yang membebaskan kita dari dosa. Mereka memperkuat sifat sejati kita. Itu semua adalah bagian dari upaya yang paling positif.
Kita harus menerima bahwa kita lemah dan mengakui bahwa pikiran kita mudah goyah. Kita tertarik dengan kesenangan duniawi dan berusaha untuk menghindari rasa sakit. Kita diombang-ambingkan oleh dua kekuatan itu. Kristus sebagai manusia seutuhnya mampu menaklukkan nafsu dan ketakutan akan kematian. Melalui asketisme kita mengatasi kekuatan-kekuatan ini dan menjadi terikat pada Kristus dan mencapai sifat kemanusiaan-Nya. “Kekuatan-Nya menjadi kekuatan kita.”
Kita juga harus ingat bahwa asketisme bukan hanya tentang mengatasi dosa. Ini juga tentang mencapai kebajikan. Romo Staneloe menunjukkan hal-hal berikut:
“Kekristenan menganggap bahwa visi langsung tentang Tuhan tidak dapat dicapai tanpa rahmat yang diberikan oleh-Nya dan penerimaan Rahmat membutuhkan kesempurnaan fana dari seluruh kodrat manusia dengan bantuan Ilahi yang tiada henti.”
Untuk bersatu dengan Allah kita harus membuat diri kita layak dengan tulus, bersih dan baik. Jalan menuju persatuan dengan Allah adalah jalan yang panjang. Itu “diterangi bukan hanya oleh akal budi, tetapi juga oleh iman, dan oleh doa dan pertolongan Allah.”
SUMBER REFERENSI